Pagi ini saya ingin memposting sebuah cerpen yang saya buat sendiri. Seperti biasa, tema cerpen anak-anak remaja pastilah percintaan hehe. Tetapi sepertinya ini bukan cerpen karena cerita ini bersambung nantinya. Semoga kalian suka, silahkan dibaca ^^.
AKHIRNYA..
Namaku adalah Tama, berasal
dari keluarga yang sederhana, tinggal di Bekasi, dan bersekolah di SMAN 2. Aku
biasa bersekolah menggunakan motor kesayanganku, meskipun motor lama aku sayang
motorku itu. Dialah yang membawaku ke kehidupan seseorang yang aku cintai
sampai saat ini. Sebagian kisah hidupku akan ku tulis diatas kertas ini.
Hari senin itu adalah hari
yang sangat melelahkan bagiku dan juga teman-teman. Mereka menyebutnya “MONster
DAY” yang berasal dari kata MONDAY. Begitulah meredika, walaupun begitu aku
sangat menyayangi mereka. Bu Mia yang mengajar kimia dikelas mendapat giliran
pertama untuk mengajar di awal minggu. Kimia menjadi pelajaran yang ditakuti
oleh teman-teman dikelas, karena pasti setiap awal minggu saja Bu Mia sudah
menyiapkan ulangan dan test untuk semua teman-teman tak terkecuali aku.
Waktu itu, jam menunjukkan pukul
07.15. Biasanya disekolah pada jam 07.15 diadakan upacara bendera. Dan, benar
saja bel berbunyi dan terdengar suara “anak-anak harap ke lapangan, mengikuti
upacara bendera”. Sebenarnya aku menjadi malas mendengar kata itu dari speaker
yang ada disekolah. Karena tahu saat itu aku harus menunda belajar kimia yang
menjadi “MONSTER” dalam hari senin ini. Akupun mengambil topi, dan bergegas ke
lapangan. Karena, kalau tidak segera aku akan dimarahi oleh satgas yang berada
di bawah naungan sekolah.
Hari
begitu terik waktu itu, panas yang tidak biasanya aku rasakan, tetapi setelah
tahu ada “dia” di dekatku, akupun menjadi semangat. Bukan ingin mencari
perhatian di depannya, aku tidak tahu kenapa aku jadi semangat. Pada saat
bendera di naikkan dan sedikit lagi selesai tiba-tiba ada yang terjatuh. Sontak
saja aku kaget bukan kepalang. Parahnya lagi, yang terjatuh adalah “dia”. Muka
dia pucat, mungkin dia terlalu lelah dengan semua pelajaran yang membebaninya
selama ini. Lalu, aku langsung menggotongnya bersama dengan temanku keruang UKS
yang letaknya cukup jauh dari lapangan, tidak peduli dengan tubuhku yang juga
lemas, yang terpenting dia harus segera diobati.
Setelah
sampai di UKS, aku menitipkan dia pada yang bertugas di ruang UKS. Disana juga
ada temanku, jadi aku percayakan semua padanya. Kemudian aku kembali ke
lapangan untuk mengikuti upacara. Setelah sekitar 45 menit lamanya berdiri di
lapangan, akhirnya upacara selesai. Dan akupun kembali keruang UKS untuk melihat
keadaan “dia”, ternyata dalam keadaan
baik-baik saja, dia hanya terlalu letih dan lemas karena cuaca yang begitu
panasnya.
Akupun
kembali ke kelas, dengan mengantar dia terlebih dahulu. Meskipun dia bukan
siapa-siapa aku, namun aku percaya suatu hari dia akan menjadi milikku. Sekitar
pukul jam 08.00 pagi itu aku bersama teman-teman dengan perasaan yang
mendebar-debar dan jantung yang berdetak begitu cepatnya menunggu kehadiran Bu
Mia. “Tok..tok..tok” *suara ketukan pintu. Ternyata itu Bu Mia, Ibu Mia memang
selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat, bahkan karena rajinnya itu dia
sering datang lebih dulu sebelum murid muridnya datang. Sebelum kami memulai
pelajaran, tentunya kami terlebih dahulu berdoa bersama yang dipimpin dengan
Sie. Rohani kelas yaitu Panji.
Setelah selesai berdoa, kami
pun memulai pelajaran pertama pada hari itu yaitu Kimia. Benar saja dugaan
kami, Bu Mia telah menyiapkan test untuk kami yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan
yang “menyulitkan” untuk kami. “Andi. Sini kamu maju ke depan!” Ucap Bu Mia.
“I..I..Iya Bu” Andi ketakutan. “Andi. Coba jelaskan apa itu senyawa karbon dan
manfaatnya untuk kehidupan manusia!”. Andi pun diam membisu di depan kelas, kami
merasa kasihan dengan Andi karena selalu dia yang disuruh untuk maju ke depan
kelas.
Tak
lama berselang, aku dipanggil untuk menjelaskan tentang apa yang aku ketahui
dari pelajaran kimia di kelas X ini. Akupun termenung, aku bingung ingin
menjawab apa, lalu aku ingat pesan ibuku “Jika ingin jadi orang yang berguna
jangan takut untuk memberikan aspirasi kita, selama aspirasi itu bersifat
positif”. Lalu, akupun berpendapat tentang apa yang aku ingat dari pelajaran
kimia di kelas X ini. Akupun berhasil dan sangat bersyukur karena bisa lolos
dari “kemarahan” Bu Mia pagi ini.
“Teeeet..Teeet..Teeet..” Bel pun berbunyi, ini
tandanya waktu istirahat pertama telah dimulai, akupun bergegas ke kantin. Di
kantin aku bertemu dengan “dia” yang sedang memesan mie di kantin dan duduk di
sebuah kursi, aku juga ingin makan mie serta tidak mengira jika dia ada di
warung itu. Aku duduk di samping dia, setelah mie yang kami pesan datang aku
dan dia pun makan mie bersama-sama. Setelah makan mie kami pun
berbincang-bincang. “Bagaimana keadaaanmu, sudah baikan?” Ucapku kepadanya.
“Sudah kok, cuma masih sedikit pusing saja tam, memang kenapa?” Dia bertanya
padaku. “Ahh.. tidak apa-apa kok Zee, mau dibelikan minyak kayu putih tidak?”.
“Tidak usah Tam, kamu kan udah nolong aku tadi. Terima kasih banyak ya Tam” Dia
tersenyum kepadaku. “Senyuman di wajahnya, serta kelembutan hatinya lah yang
membuat dia berbeda dimataku” Aku berbicara dalam hati. “Tam, hei Tam, jangan
bengong gitu dong. Kamu kenapa sih?” Muka dia berubah menjadi bete. “Ahhh..
tidak apa-apa kok. Oia, aku punya “sesuatu” buat kamu pada suatu hari nanti” Ucapku
padanya. “Ah apa tuh?” Jawab dia penasaran.
“Teeet..Teeet” Belpun
kembali berbunyi. “Wah sudah waktunya masuk kembali ya? Cepat s ekali. Aku
duluan ya” Kata dia kepadaku dengan menitipkan uang untuk membayar mie. Lalu,
akupun membayar mie kepada Bu Ratna. “Terima kasih ya Bu Ratna” Ucapku, “Iya
jangan lupa pj nya ya?” Ucap Bu Ratna. “Ah Pj apa Bu?” Aku bingung. “Itu tadi
pacarmu kan Tam?” Canda Bu Ratna. “Aminnnn” Aku berbicara seperti orang yang
lagi teriak. Sontak, orang – orang disekitar ku pun melihat padaku. Karena aku
malu akupun langsung pergi dari kantin.
Singkat
cerita, pada sore harinya aku pulang dari sekolah dengan membawa sepeda motor
kesayanganku itu. Karena pada saat itu aku pulang sedikit terlambat dari
biasanya, aku bertemu dia. Dia belum pulang karena ban motornya bocor didekat
sekolah. Lalu, akupun langsung memintanya menjaga motorku dan aku mendorong
motornya hingga ke tempat tambal ban yang letaknya cukup jauh dari situ.
Setelah selesai akupun kembali ke pintu gerbang sekolah, tempat aku menyuruh
dia menjaga motorku. Dan dia ada disana, akupun mengembalikan motornya yang sudah
di tambal bannya. “Terima Kasih banyak ya Tam” Dia tersenyum padaku. Akupun tak
bisa menjawab apa-apa karena senyumannya itu mengalihkan semua perhatianku
kepadanya. “Eh , ngapain kamu disini! Cepat pulang, udah sore menjelang malam
ini!” Ucap Pak Satpam kasar padaku. “Ah iya Pak, maaf“ Jawabku.
Hari
ini adalah hari yang paling menyenangkan untukku karena dapat menolong dia.
Besok adalah hari selasa yang bisa dibilang
menyeramkan tetapi juga menyenangkan, karena besok tidak ada pelajaran kimia,
tetapi tetap saja pelajaran itu diganti dengan pelajaran matematika, tak apalah
yang penting tidak ada Bu Mia. Hari ini aku mulai dengan semangatku yang
berkobar-kobar karena aku tahu, setiap aku sekolah pasti aku akan bertemu dia
di sekolah.
Rencananya
aku akan menyatakan perasaanku padanya hari ini, tapi masih ragu serta takut
apabila dia telah menjadi milikku, aku tidak bisa menjaga hatinya dan
melukainya. Rasa takut itu aku kubur dalam-dalam karena aku tahu, karena aku
ingin, dan rasakan, dia bukanlah wanita
biasa yang aku kenal selama ini, She is “Different”. Berawal dari sesuatu yang
telah aku simpan pada jauh hari sebelumnya, yang aku ingin tunjukkan padanya
pada saat aku menyatakan perasaan padanya. Ini adalah hal yang paling dia sukai
tetapi belum ada yang memberinya ini, karena itu aku ingin jadi orang pertama
yang memberinya ini.
Pada
pukul 06.15 akupun berangkat kesekolah, sangat tidak wajar karena biasanya aku
berangkat pukul 06.30, namanya saja sedang jatuh cinta, mau diapakan lagi?. Aku
seperti api yang menyala-nyala pada pagi itu, karena hal tadi. Aku baru ingat
kalau hari ini ada pensi disekolahku. Pasti ramai sekali disana, tetapi tidak
membuat semangatku padam. “Tam, kenapa sih lu hari ini? Kayanya semangat banget?”,
Ucap Ivan teman sebangku. “Ahh lihat aja nanti Van, gua bakal kasih kejutan
buat si dia!”, Jawabku dengan semangat yang menggebu-gebu. “Kejutan apa sih
emangnya? Kok gua ga dikasih tau sih?. Buat si Zzzzzz....”,Ucap Ivan “Suttt..
diem Van, jangan kasih tau siapa-siapa”, Aku menutup mulut si Ivan. “Siap
Bos,wani piro?”, Sahut Ivan. “Udah liat aja nanti Van” Jawabku.
“Hari
ini tidak ada pelajaran sepertinya, mungkin karena ada PENSI ya?”, Tanyaku
dalam hati. Semoga feelingku itu benar, jadi aku tidak sulit untuk mengungkapkan
rasa ini pada dia. Saat PENSI dimulai, aku hanya dikelas saja karena aku tidak
terlalu suka menonton acara seperti itu. Aku hanya main hp dan smsan dengan
dia, aku menanyakan apa dia sedang menonton acara PENSI itu, ternyata tidak,
dia bilang kepadaku, dia tidak suka menonton acara seperti itu, dan dia bilang
dia sedang dimasjid, dia baru saja selesai Sholat Dhuha.
Karena
di sekolah sedang ada acara PENSI, aku langsung mengajaknya makan mie seperti
kemarin di kantin Bu Ratna. Disinilah aku ingin menyatakan perasaanku padanya,
mungkin ini seperti ide gila, tetapi mau diapakan lagi hanya inilah yang aku
bisa. Diapun menyanggupi permintaanku, karena kebetulan juga dia sedang lapar
karena belum sarapan tadi pagi. Singkat cerita, aku sedang makan mie bersama
dengan dia. Disaat itu aku memutar lagu J’Rocks yang berjudul Falling in love
di hp ku. Hp ku itu aku taruh di meja dan akupun memegang tangannya serta
menatap wajahnya. Dengan penuh rasa deg-degan aku berkata padanya “Sebenarnya
dari pertama kali aku bertemu kamu, aku punya perasaan sama kamu. Kamu
sangatlah berbeda dari perempuan lainnya dan....”, Belum sempat aku berbicara
Ivan datang bersama teman-temannya dan menarik aku dan dia ke atas panggung
PENSI. Aku sangatlah malu dikala itu, aku bingung harus berkata apa pagi itu. Pagi
itu berubah menjadi pagi yang menakutkan bagiku.
Acara
PENSI itu dibawakan oleh Bu Mia, guru yang sangat killer bagi teman-teman
kelas. Akupun menjadi sangat gugup dikala itu, setelah tahu yang membawakan
acara adalah Bu Mia. Suasana dipanggung itu berubah menjadi hening. “Ya, pagi
ini kita telah kedatangan dua artis ternama, yaitu Tama dan Zee”, Ucap Bu Mia.
“Tama, Zee silahkan perkenalkan diri dan lanjutkan apa yang sedang kamu lakukan
dikantin tadi”, Bu Mia terlihat memarahiku. “Aaa..Aaaa..Aaa..Apa Bu. Apa Maksud
Ibu?”, Aku bingung dan gugup saat itu.
Singkat
cerita, akupun menyanggupi semua permintaan Bu Mia kepadaku. Dan dikala itu aku
juga disuruh melanjutkan apa yang tadi aku lakukan dikantin.
“Tembak..tembak..tembak..tembak”, Sorak sorai penonton dan teman-teman yang
menonton acara pensi membuatku semakin tak percaya diri. Namun, aku tahu inilah
saatnya yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Aku langsung berlaga
seperti orang yang sedang menyatakan perasaan pada seseorang. “Zee, maukah kau
menjadi kekasihku?” Ucapku pada Zee sambil memberi sebuah boneka beruang
abu-abu. “Emmmm..” Dia langsung turun dari panggung. Sebelum itu, aku memegang
tangannya, sehingga dia tidak bisa lari dan turun dari panggung.
Aku
mengambil microphone dan akupun bernyanyi untuknya “Biarkan ku mencoba, menjadi
milikmu. Jangan tutup dirimu. Salahkah diri ini? Yang mencintaimu. Jangan tutup
dirimu.”, Dengan tatapku yang penuh harap kepadanya. Dia tetap tidak bisa
berkata-kata dan dia langsung pergi meninggalkan aku. Seperti matahari enggan
menyinari pagi ini, akupun kecewa dia tidak berkata apa-apa dan meninggalkanku
begitu saja. Mungkin dia malu dengan rupaku yang biasa-biasa saja ini.
Bu
Mia yang memiliki watak galak dimata teman-teman kelasku tidak terkecuali aku
sejenak berubah menjadi baik kepadaku. Dia memberiku semangat, dan dia bilang
dia akan berbicara pada zee nanti. Aku sangat berterima kasih pada Bu Mia yang
peduli terhadap aku. Aku bingung kenapa dia seperti itu tadi.
Pada
malamnya, aku banyak menerima sms “Sabar ya Tam, mungkin belum waktunya”. Aku
sangatlah terkesan dengan kata-kata temanku yang memotivasiku untuk tetap maju.
Aku tahu ini bukanlah akhir, tetapi ini adalah awal pijakanku untuk bisa
menunjukan padanya bahwa aku mampu dan akulah yang pantas untuk menjadi kekasih
dia.
Keesokan
harinya, aku merasa hari ini adalah hari yang sangat meyedihkan. Dia berubah,
tidak seperti dulu lagi. Dia menjadi orang yang seakan tidak kenal aku. “Apa
salahku? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mengapa kamu berubah? Kamu tidak
tahu seberapa besar cinta aku ke kamu.”, Ucapku dalam hati. Dan akhirnya,
akupun memutuskan untuk menunggunya hingga dia membukakan pintu hatinya pada
suatu hari nanti.
Bersambung......
Bersambung......
0 comments:
Posting Komentar
Komentar anda mungkin tidak langsung dibalas,karena saya jarang sekali online.
Tetapi terima kasih atas perhatiannya pada blog saya.